Menggugat Sistem Pendidikan Hari Ini

 

Ilustrasi: sistem pendidikan 



Hari ini saya menjalani proses perkuliahan di pendidikan tinggi swasta disalah satu Universitas Muhammadiyah Mataram.

Tulisan ini adalah sedikit refleksi selama menjajaki dunia pendidikan di bawah naungan institusi pendidikan kurang lebih 2 tahun telah berjalan. Tulisan ini masih sebagian kecil dari yang perlu untuk dibenahi di dunia pendidikan menurut saya, terutama agar setiap orang yang ingin belajar dapat memperolehnya dan tentunya saya sendiri memaknai pendidikan harus memanusiakan manusia.


Salah satu tokoh nasional yang saya kira pemahamannya soal makna pendidikan harus dijadikan slogan di setiap institusi saat ini adalah Tan Malaka. 

“Pendidikan menurutnya adalah sebuah usaha untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan, ketertindasan dan ketidaktahuan, menjadikan hidup yang lebih bermanfaat untuk dirinya dan orang disekitarnya”.

Lebih dari itu, “tujuan pendidikan menurutnya adalah mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan”. Artinya, melalui institusi pendidikan yang terutama adalah bagaimana memanusiakan manusia, bukan hanya sekadar robot yang terus kerja, kerja dan kerja.


Belajar dari sejarah pemimpin-pemimpin bangsa lahir dari pendidikan yang diungkapkan oleh Tan Malaka. Pengetahuan di dunia pendidikan memunculkan kegelisahan dan kesadaran untuk melihat persoalan yang ada di sekitarnya, bahkan kesadaran kolonialisme adalah sebuah kejahatan. 


Namun setelah saat itu, membandingkan dengan kondisi saat ini pendidikan tampaknya berjalan pincang. Dengan jumlah institusi pendidikan yang menjamur dan lulusan yang sedemikian banyak institusi ini tidak mampu menghasilkan individu yang berkualitas dan bermanfaat tadi.

Ketidakmampuan institusi pendidikan ini adalah hasil dari komersialisasi pendidikan, Pendidikan yang beriorientasi pada pasar tentu juga akan menghasilkan individu yang dipersiapkan semata-mata untuk kebutuhan pasar. 

Padahal negara seharusnya bertanggung jawab penuh dalam dunia pendidikan kita seperti yang diamanatkan oleh konstitusi.


Komersialisasi pendidikan menimbulkan pendidikan yang berkualitas menjadi mahal dan tak dapat dijangkau masyarakat miskin. Banyak sekolah swasta yang menawarkan fasilitas yang tidak akan ditawarkan oleh sekolah-sekolah negeri yang mengakibatkan tidak meratanya tingkat pendidikan. Pada tingkat yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi sangat sulit untuk membiayai perkuliahan bagi masyarakat berpendapatan rendah, Bukan hanya karena biaya kuliah yang masih tergolong mahal, biaya hidup juga menjadi pertimbangan serius bagi orang tua.


Kondisi pendidikan yang masih tergolong mahal dan kondisi ekonomi yang semakin terpuruk mengakibatkan orang miskin putus sekolah, meskipun pemerintah mewajibkan pendidikan 12 tahun sebagai program wajib untuk seluruh masyarakat. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat lewat pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan taraf hidup maupun sosial. 


Apakah ada jalan lain untuk memberantas kemiskinan lewat jalan lain kecuali pendidikan?


Belum lagi komersialisasi tadi akan mengakibatkan penggolongan dan melebarnya kesenjangan yang ada. Sekolah saat ini sudah disesuaikan dengan kondisi kantong, misalnya ada yang bertaraf internasional tentunya biayanya selangit, ada yang bertaraf nasional dan pada tingkatan paling bawah yang biasa saja atau pinggiran. 

Sekolah seolah-olah dibuatkan tingkatannya masing-masing, tak heran bila banyak siswa yang merasa kurang percaya diri apabila tidak diterima di salah satu sekolah karena perbedaaan kualitas, lingkungan bahwa tingkat ekonominya. Selain itu, apabila ditinjau dari segi fungsi dari pendidikan seperti ungkapan Tan Malaka, sekolah yang diserahkan kepada pasar tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan oleh bapak republik ini. Mengapa?


Pendidikan memanusiakan manusia akan mendidik manusia menjadi individu yang kritis dan gelisah pada keadaan di sekitarnya. Sedangkan pendidikan yang beriorientasi pasar menginginkan seorang murid yang penurut dan siap untuk bekerja keras untuk memenuhi target penjualan.


Dengan kondisi pendidikan yang seperti ini harus berbenah terus-menerus, Terutama pendidikan seharusnya dapat menjalankan tujuan dalam memanusiakan manusia dan dapat dijangkau oleh semua orang, sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang berkeinginan sekolah tapi terpaksa berhenti karena alasan biaya. Selain itu, pemerataan kualitas pendidikan merupakan salah satu syarat kunci apabila pendidikan ingin menghasilkan manusia yang bermanfaat. Kualitas pendidikan ini termasuk kualitas guru yang mengajar dibarengi dengan kehidupan yang layak baik bagi honorer atau tetap. 


Pendidikan harus dibarengi dengan proses memaknai ideologi bangsa terutama pendidikan moral dan kejujuran agar manusia yang dihasilkan menjadi manusia yang jujur dan bebas dari korupsi.


Terakhir yang saya tawarkan, dimana manusia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan adalah subjek merdeka yang harus disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang ada disekitarnya. Para murid harus gelisah untuk menyelesaikan masalah di sekitarnya dan sadar untuk menghasilkan manfaat bagi khalayak orang banyak. Dengan kesadaran dan kegelisahan yang ada pada diri murid maka mereka bisa saling memanusiakan satu sama lainya.

Dan dunia pendidikan hari ini harus dijauhkan dari sistem kapitalisasi dan komersialisasi perampasan terhadap kaum miskin agar pemerataan pendidikan bisa terwujud sesuai dengan amanat konstitusi Negara. -Jenlap Legara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONFLIK ELIT POLITIK UMMAT ANTARA WAHAB VS SAFRIL, SEBABKAN 1.600 MAHASISWA CUTI PAKSA, 248 DI SKORSING DAN DO

SLIP SPP PALSU tapi Lolos VALIDASI di SIAKAD. Siapa yang salah dan Harus bertanggung jawab?

SEPULUH TUNTUTAN PEMABUK JALANAN UNTUK KAMPUS UMMAT!!